REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gejolak perekonomian dunia terus mengerek harga emas hingga berkali-kali menembus rekor tertinggi. Lonjakan harga emas tersebut dibarengi dengan tingginya animo masyarakat Indonesia dalam memburu logam mulia. Akan tetapi, pasokan emas batangan terutama dari Antam belum memadai untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Alhasil, saat ini terjadi kelangkaan emas batangan yang kemudian membuat harga di pasar menjadi semakin tinggi.
Muhammad Luqman Hakim (29 tahun) adalah seorang karyawan swasta yang sedang mencari emas batangan untuk kebutuhan mas kawin. Luqman yang merupakan pegawai swasta di Balikpapan, Kalimantan Timur kesulitan mendapatkan pasokan emas batangan terutama di toko resmi dari Antam.
"Sudah dua bulan saya bolak-balik tapi barangnya belum ada juga," kata Luqman kepada Republika, Senin (20/10/2025).
Luqman menceritakan, sempat mencari emas batangan di toko lainnya. Akan tetapi, harga yang ditawarkan terpaut jauh dari harga resmi Antam.
Saat ini, harga emas batangan berdasarkan situs resmi Antam yakni Rp2.415.000 per gram. Akan tetapi, produk tersebut tidak tersedia.
Sementara, di toko emas lain, harga emas batangan Antam itu dijual mencapai Rp3,3 juta per gram. Karena kondisi tersebut, Luqman pun terpaksa menunda pembelian emas untuk kebutuhan pernikahannya.
"Mudah-mudahan harganya bisa kembali normal dalam beberapa waktu ke depan," ungkap Luqman.
Pergerakan Harga Emas Dunia
Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi memprediksi harga emas atau logam mulia bakal menembus level Rp3 juta per gram pada November 2025. Hal itu dipengaruhi berbagai sentimen yang mendorong pasar untuk semakin beralih ke komoditas safe haven.
Mengutip Bloomberg, harga emas dunia pada Rabu (15/10/2025) sore telah menyentuh level 4.199 dolar AS per troy ons. Sementara mengutip logammulia.com, harga emas berada di level Rp 2,38 juta per gram.
Ibrahim memprediksi, harga emas dunia akan segera beranjak ke level 4.200 dolar AS per troy ons. Hingga menyentuh level resisten 4.260 dolar AS per troy ons pada bulan Oktober 2025.
“Kemudian perkiraan sampai bulan November, kemungkinan besar 4.300 dolar AS per troy ons,” ungkap Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (15/10/2025).
Adapun, untuk logam mulia, Ibrahim memprediksi harganya berada di level Rp 2,4 juta per gram, yang segera beranjak ke posisi Rp 2,5 juta per gram sebagai resisten pertama, untuk kemudian berlanjut ke resisten kedua sebesar Rp 2,7 juta per gram pada bulan Oktober 2025.
“Di bulan November, yang mana harga emas dunianya di 4.300 dolar per troy ons, kemungkinan besar logam mulia di Rp 3 juta per gram. Kenapa? Karena ikut melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar AS. Itu secara teknikal,” tuturnya.
Ibrahim mengungkapkan berbagai sentimen fundamental yang menurutnya bisa mengerek harga emas terus mengilap dari waktu ke waktu. Di antaranya yang pertama ialah perihal perang dagang antara AS dan China.
“Trump terus akan menerapkan bea impor yang cukup besar terhadap China. Menyusul, kita melihat bahwa China pun juga terus melakukan perlawanan tidak gentar dengan bea impor yang diterapkan oleh Trump yang begitu besar. Artinya, China pun sudah siap untuk melakukan perlawanan,” ujarnya.
Perlawanan China, kata Ibrahim, dibuktikan dengan melesatnya neraca perdagangan China. Artinya bahwa China juga sudah membuka pasar-pasar baru dan bisa dibilang cukup berhasil.
Kemudian, konflik Rusia-Ukraina hingga saat ini masih terus memanas, yang mana persenjataan dari Nato terutama dari Prancis dan AS terus mengalir ke Ukraina. Tujuannya agar ada keseimbangan dalam perang antara Rusia dan Ukraina.
“Kenapa AS dan Nato terus menyuplai persenjataan? Agar Rusia mau berunding dengan Ukraina. Ya, sama seperti Israel dengan Hamas di jalur Gaza. Yang saya lihat seperti itu,” ujarnya.
Sentimen ketiga yakni soal kemungkinan besar prospek untuk penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan akhir bulan ini. Pada minggu keempat bulan ini, Ibrahim menyebut prediksi ada pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bps).
“Kalau saya lihat, pertemuan tanggal 29, kemungkinan Powell (Gubernur The Fed) akan mengumumkan tentang penurunan suku bunga 25 bps karena ekspektasi pasar di AS 97 persen, dan ada indikasi untuk menurunkan kembali dua kali di bulan November dan Desember sebesar 50 bps,” ungkapnya.
Pasar juga menunggu pernyataan Powell pada malam hari ini. Bukan saja Powell, tetapi juga beberapa gubernur The Fed bakal memberikan testimoni tentang kondisi perekonomian AS paska penutupan sementara atau shutdown pemerintahan AS.
sumber : Antara