KSEI Soroti Dinamika Perekonomian Global dan Dampaknya di Indonesia

5 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyoroti dinamika perekonomian global yang memberi dampak pada kondisi perekonomian dan industri keuangan di Indonesia. KSEI menilai sinergi seluruh pemangku kepentingan pasar modal Indonesia, terutama emiten, diperlukan dalam menghadapi tantangan perekonomian global dan nasional yang bergerak dinamis.

Hal itu dibahas dalam Seminar Emiten tahun 2025 bertajuk ‘Navigating Global Dynamics: The Resilience of Indonesia’s Economic and Financial Systems’ yang digelar PT KSEI pada 8 Juli 2025 lalu.

“Sebagai bagian vital dari ekosistem pasar modal, emiten memegang peran penting dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Sejalan dengan visi untuk memperkuat infrastruktur pasar modal Indonesia, KSEI dengan konsisten menjalankan komitmennya dalam menghadirkan inovasi yang berkelanjutan dalam rangka menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih efisien, transparan, dan inklusif, termasuk untuk memberikan kemudahan kepada emitern,” ujar Direktur Utama KSEI Samsul Hidayat dalam keterangan tertulis, Jumat (11/7/2025).

Samsul menuturkan, pencapaian dan kontribusi KSEI antara lain terlihat dari data operasional yang menunjukkan peningkatan tindakan korporasi sebesar 8,07 persen yang telah mencapai 4.570 kegiatan sampai dengan akhir Juni 2025, dibandingkan rata-rata 6 bulan selama dua tahun terakhir.

Menurut catatannya, nilai tindakan korporasi yang didistribusikan melalui KSEI selama semester I 2025 mencapai Rp 273 triliun, meningkat 10 persen dibandingkan akhir 2024. Selain itu, sebanyak 961 emiten telah memanfaatkan layanan eASY.KSEI, atau meningkat 3,1 persen dibandingkan tahun 2024. Sedangkan jumlah investor yang menggunakan eASY.KSEI mengalami peningkatan 18 persen yang mencapai 56 ribu dibanding tahun 2024.

Samsul melanjutkan, dukungan yang dilakukan KSEI juga terlihat dari sisi kesiapan infrastruktur. KSEI memiliki beberapa sistem utama, salah satunya adalah The Central Depository and Book-Entry Settlement System (C-BEST), yang saat ini mampu menjalankan instruksi dengan kecepatan 150 ribu transaksi per menit.

Dengan kapasitas tersebut, KSEI telah menjalankan 246,9 juta instruksi selama tahun 2025, dengan rata-rata instruksi harian sebanyak 2,3 juta. Hingga per akhir Juni 2025, jumlah efek yang disimpan di C-BEST berjumlah 3.297 dengan nilai efek sebesar Rp 8.308 triliun.

Selain C-BEST, lanjutnya, terdapat juga Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-INVEST) yang menjalankan transaksi reksa dana dengan rata-rata subscription dan redemption sebanyak 114 ribu per hari. Per akhir Juni 2025, jumlah produk investasi pada S-INVEST berjumlah 2.250 dengan asset under management sebanyak Rp 811 triliun.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menyampaikan, peran pelaku industri dan regulator menjadi sangat krusial dalam menjaga resiliensi dan stabilitas pasar modal Indonesia.

“Untuk menjaga hal tersebut dibutuhkan sinergi dan kolaborasi yang baik, sehingga akan menghasilkan kebijakan yang responsif dan strategis,” ujar Inarno.

Ia menjelaskan, OJK telah mengambil beberapa langkah konkret untuk memperkuat pasar modal Indonesia. Antara lain melalui kebijakan peningkatan free float calon emiten baru, yang bertujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan partisipasi publik.

Selain itu, OJK juga melakukan perubahan pada Peraturan OJK (POJK) Nomor 30 Tahun 2015 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum (LRPD), untuk meningkatkan kualitas tata kelola emiten dan memberikan perlindungan bagi masyarakat pemodal.

Inarno melanjutkan, OJK juga menyempurnakan ketentuan terkait Penawaran Umum Saham Secara Elektronik (E-IPO), untuk memperbaiki kualitas penawaran efek saham di pasar perdana dengan menambah golongan penawaran umum dan alokasi investor ritel. Penerbitan Surat Edaran OJK (SEOJK) Nomor 10 Tahun 2025 juga menjadi langkah strategis untuk mempermudah pelaporan kepemilikan saham perusahaan terbuka melalui sistem elektronik.

“Dengan kebijakan-kebijakan ini, OJK berharap pasar modal Indonesia dapat semakin transparan, inklusif, dan berkembang,” tuturnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN, Ferry Irawan sebagai perwakilan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto menyampaikan optimisme pemerintah untuk bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

“Di tengah ketidakpastian global, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan ekonomi dengan pertumbuhan stabil, inflasi terkendali, dan penurunan kemiskinan. Melalui reformasi struktural dan kebijakan yang strategis, Indonesia berkomitmen mencapai target pertumbuhan 8 persen pada 2029,” kata Ferry.

Kondisi Pasar Modal Indonesia

Direktur PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan update kondisi pasar modal Indonesia saat ini, di tengah gejolak perekonomian global. Menurutnya, kinerja pasar modal Indonesia terbilang cukup resilien.

“Di tengah perang dagang Amerika dengan RRT (China), Bursa Efek Indonesia menjadi salah satu bursa di dunia yang cukup kondusif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menurun pada April 2025 menjadi 5.967, namun demikian saat ini sudah pulih dan mencapai 7.080. Secara keseluruhan, IHSG telah meningkat 18 persen sejak tahun 2020,” ungkap Iman.

Ia mengatakan, inisiatif strategis BEI berfokus pada pelindungan investor, pendalaman pasar, dan konektivitas regional, melalui upaya berkelanjutan dan jangka panjang. Seperti diversifikasi produk, peningkatan likuiditas, modernisasi infrastruktur, dan peningkatan partisipasi investor institusi.

Untuk tahun 2025, BEI telah menetapkan beberapa target. Antara lain Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) dengan MSCI Hong Kong Listed Large Cap, penyesuaian format distribusi data termasuk diseminasi kode domisili investor di akhir sesi satu perdagangan, liquidity provider saham, exchange traded fund emas, single stock futures (SSF), hingga put structured warrant. Namun, Iman menekankan, untuk dapat merealisasikan rencana tersebut, BEI memerlukan dukungan dari seluruh pelaku pasar dan pemangku kepentingan.

Sementara itu, Ekonom Senior & Komisaris Independen Bank Central Asia (BCA) Raden Pardede berpandangan, fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat menahan tekanan global saat ini. Namun Indonesia tidak boleh lengah dan berpuas diri karena ketidakpastian dan badai ekonomi global masih terus berlanjut.

“Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang visioner dan well advised, kondisi ekonomi yang agile dan terdiferensiasi, strategi fiskal dan moneter yang tepat dan bisa melakukan counter cyclical sebagai persiapan menghadapi kondisi darurat, serta sumber daya manusia yang tangguh,” ujar Raden.

Ia mengatakan, Indonesia tidak akan bisa mengendalikan kondisi global atau eksternal yang tidak menentu. Tetapi harus mampu mengendalikan faktor internal dengan kebijakan yang adaptif dan responsif terhadap situasi yang berkembang. Krisis yang terjadi saat ini menurutnya, justru bisa dimanfaatkan untuk melakukan transformasi ekonomi.

Raden menjelaskan, tantangan domestik yang dihadapi Indonesia antara lain adalah langkah melakukan realokasi belanja pemerintah secara optimal di tengah budget kita yang relatif terbatas. Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 lebih disebabkan oleh belanja pemerintah yang menurun (kontraktif). Sementara belanja rumah tangga Indonesia juga cenderung stagnan.

Dalam situasi ketidakpastian, pihak swasta dan investor akan cenderung menunggu dan ‘wait and see’. Sehingga, Raden menilai, stimulasi belanja pemerintah sangat diharapkan menjadi pemicu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang 2025. Indonesia dinilai harus membuat beberapa perubahan dalam sisa waktu tahun 2025 ini. Eva Rianti

Read Entire Article
Politics | | | |